Puji dan syukur bagi Allah yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin, sehingga kita telah dapat menyelesaikan tugas berat sebulan lamanya yakni puasa Ramadhan.
Setelah dalam satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa, kini tibalah saatnya hari Raya Fitri, hari yang penuh kebahagiaan, kebahagiaan untuk kita, dan untuk semua umat Islam yang telah memenuhi kewajibannya berpuasa pada bulan Ramadlan.
Apabila orang-orang itu telah selesai berpuasa pada bulan Ramadlan lalu keluar menuju (shalat)hari raya mereka, maka Allah Taala berfirman :
“Wahai Malaikat-Malaikat-Ku, setiap yang beramal tentu mengharap/meminta pahalanya, dan sekarang hamba-hamba-Ku yang telah berpuasa sebulan dan keluar menuju (shalat) hari raya, juga meminta pahala mereka, maka saksikanlah olehmu seka lian bahwa Aku benar telah mengampuni mereka”.
Kemudian suatu panggilan memanggil; “Hai umat Muhammad!, kembalilah kalian ke rumah kalian masing-masing, sesungguhnya kesalahan-kesalahan kalian telah diganti dengan kebajikan”.
Lalu Allah Taala berfirman; “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian telah berpuasa untuk-Ku, dan telah berbuka untuk-Ku, maka bangkitlah kalian dalam keadaan telah mendapatkan ampunan”.
Hari RayaIdul Fitri adalah sebagai hari kembalinya kaum Muslimin kepada kesuciannya, maka pada hari itulah Allah Swt. telah memerintahkan kepada kita untuk mengeluarkan zakat fitrah, yakni zakat pribadi.
Zakat fitrah yang berupa bahan makanan pokok penduduk masing-masing daerah, telah ditentukan banyaknya dalam Islam.
Tentang banyaknya zakat fitrah ini, Ibnu Umar telah meriwayatkan yang berasal dari Rasulullah Saw :
“Zakat fitrah (sebagai penyempurnaan) dari puasa Ramadlan, yaitu satu sha kurma atau satu sha gandum, wajib atas hamba sahaya orang yang merdeka, lelaki dan perempuan, besar dan kecil dari orang-orang Islam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas memberikan pengertian tentang wajibnya zakat fitrah, serta ke terangan banyaknya yang harus dikeluarkan bagi tiap jiwa. Zakat fitrah meru pakan kunci pembuka dan penyempurna untuk diterimanya ibadah puasa kita, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“Bulan Ramadlan tergantung di antara langit dan bumi dan tidak akan diangkat ke hadapan Allah, kecuali dengan zakat fitrah”. (HR. Ibnu Syahin).
Zakat fitrah adalah suatu kewajiban harus ditunaikan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu mulai terbenamnya matahari akhir bulan Ramadlan sampai sebelum dilaksanakannya shalat Idul Fitri.
Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw. telah memberikan penegasan dengan sabdanya:
“Zakat fitrah adalah pembersih bagi orang yang berpuasa dari tindak laku yang sia-sia dan perbuatan yang kurang baik, sebagai hidangan bagi orang-orang miskin, maka barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat Ied, itulah zakat yang diterima (sebagai zakat fitrah) dan barangsiapa yang menunaikannya sesudah shalat Ied, maka ia adalah shadaqah biasa sebagaimana shadaqah-shadaqah yang lain”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah. Indah di sini justru terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi.
Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya sebab kita semua adalah umat Allah.
Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT.
Kita tentu menyadari bahwa hanya dengan pertolongan Allah jualah kita semua dapat menyelesaikan kewajiban puasa.
Selama Ramadlan kita telah diberi kekuatan oleh Allah untuk berpuasa yang berarti kita semua merasa memperoleh kemenangan, bagaikan prajurit yang baru saja datang dari medan peperangan dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.
Kita tentu menyadari bahwa hanya dengan pertolongan Allah jualah kita semua dapat menyelesaikan kewajiban puasa.
Selama Ramadlan kita telah diberi kekuatan oleh Allah untuk berpuasa yang berarti kita semua merasa memperoleh kemenangan, bagaikan prajurit yang baru saja datang dari medan peperangan dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.
Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa berkenan membimbing kita semua agar tergolong hamba-hambanya yang mampu meraih sertifikat kefitrahan di hari kemenangan yang agung ini, sehinnga kita layak mendapatkan penghargaan “Minalaidin Walfaizin”, Semoga Allah SWT berkenan mencurahkan rahmat-Nya kepada bangsa Indonesia serta umat Islam pada umumnya untuk senantiasa mengamalkan syariat-Nya, menghidupkan sunnah-sunnah Rasul-Nya.
Semoga momentum Idul Fitri ini juga benar-benar mampu mengantarkan tatanan kehidupan kita yang berlandaskan nilai-nilai agama, akhlak karimah, kebersamaan dan kasih sayang guna terwujudnya umat dan masyarakat Indonesia yang berharkat dan bermartabat, sejahtera dan berperadaban, baldatun thayyibatun warabbun ghafur, bangsa yang gemah ripah lohjinawi di bawah naungan ridla Allah SWT. Amin, Ya Mujiibassaailiin (***)